Selasa, 07 Februari 2012

Pendapatan Per Kapita Naik 13,8%



BAGAS BLOG  - Di tengah demonstrasi buruh marak menuntut kenaikan upah minimum, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, menurut BPS, meningkat selama tiga tahun terakhir, rata-rata naik 12,9 persen per tahun.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya. Pendapatan per kapita juga merefleksikan produk domestik bruto (PDB) per kapita.

Pendapatan per kapita itu sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan per kapitanya, makin makmur negara tersebut.

Pada 2009, menurut data BPS, pendapatan per kapita penduduk Indonesia Rp23,9 juta, atau naik 11,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Tahun berikutnya, pendapatan per kapita masyarakat kembali meningkat menjadi Rp27,1 juta. Kali ini peningkatannya 13,3 persen dibanding 2009.

Terakhir, selama 2011, pendapatan per kapita itu sudah mencapai Rp30,8 juta atau sekitar US$3.542,9. Kenaikannya hampir sama dengan tahun sebelumnya, 13,8 persen. Jika dihitung per bulan, rata-rata pendapatan per kapita penduduk Indonesia sekitar Rp2,56 juta.

Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan kenaikan pendapatan per kapita itu cenderung dikontribusi oleh meningkatnya jumlah kelas menengah di negeri ini. Kenaikan harga komoditas terutama di sektor tambang telah memicu peningkatan pendapatan kelas menengah hingga empat kali lipat.

"Banyak pemilik tambang yang kini menjadi orang kaya baru," ujar Aviliani kepada VIVAnews di Jakarta, Senin 6 Februari 2012.

Dia menilai, dengan jumlah orang kaya baru yang mencapai sekitar 50 juta orang, kontribusi terhadap pendapatan per kapita Indonesia cukup besar. "Hitungan kami itu untuk kelas menengah yang berpenghasilan Rp10 juta ke atas," tuturnya.

Meski demikian, dia menjelaskan, kenaikan pendapatan per kapita itu masih dibayangi kesenjangan. Karena, menurut Aviliani, sekitar 36 juta penduduk Indonesia tergolong miskin, dan 40 juta lainnya hampir miskin.
"Kondisi itu membuat kontribusi kelas menengah terhadap pendapatan per kapita masih jauh dibanding golongan buruh," tuturnya.

Dia optimistis, hingga 2020, kelas menengah di Indonesia akan terus meningkat. Pertumbuhan itu di antaranya karena faktor pendidikan yang lebih baik. Dengan pendidikan yang membaik, masyarakat akan meminta imbalan pendapatan lebih besar. "Apalagi, tiap tahun, lahir sekitar tujuh juta kelas menengah baru," katanya.

Ekonomi tumbuh
Meningkatnya pendapatan per kapita yang di antaranya ditopang kenaikan di sejumlah sektor usaha, terutama tambang itu akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pelaksana Tugas Kepala BPS, Suryamin, dalam keterangan pers di kantornya, Jakarta, Senin, 6 Februari 2012, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2011 mencapai 6,5 persen. "Sepanjang 2011 terjadi pertumbuhan di semua sektor ekonomi," kata Suryamin.

BPS mencatat, nilai produk domestik bruto Indonesia pada 2011 mencapai Rp7.427,1 triliun. Selama 2011, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak bertumpu pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,7 persen.
Selanjutnya diikuti sektor bisnis perdagangan, hotel, dan restoran 9,2 persen. Sedangkan keuangan, real estate, dan jasa perusahaan sebesar 6,8 persen.

Kontribusi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2011 banyak ditopang oleh kegiatan ekspor dengan porsi 13,6 persen diikuti impor 13,3 persen. Sementara itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi mengontribusi 8,8 persen, pengeluaran rumah tangga 4,7 persen, dan konsumsi pemerintah sebesar 3,2 persen.

Struktur PDB Indonesia 2011 hampir separuhnya berasal dari pengeluaran rumah tangga sebesar 54,6 persen, PMTB 32 persen, ekspor 26,3 persen, konsumsi pemerintah 9 persen, dan impor minus 24,9 persen.

Selama 2011, BPS melaporkan lapangan usaha yang banyak tumbuh berasal dari sektor pengolahan sebesar 24,3 persen, pertanian 14,7 persen, perdagangan, hotel, restoran 13,8 persen, dan sektor bisnis lainnya 47,2 persen.

Namun, tercapainya target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen itu bukanlah penentu kesuksesan negara dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Peningkatan PDB di Indonesia justru membuat negara semakin miskin sumber daya.

Pakar ekonomi dan politik dari Amerika Serikat, Lex Rieffel, mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mengalami keterpurukan di tengah sumber daya yang melimpah.

"Indonesia tidak menangani sumber daya alamnya dengan baik," ujar dia dalam perbincangan dengan VIVAnews, akhir Januari lalu.

Pemerintah, dia melanjutkan, justru menghancurkan sumber alam dengan terlalu berlebihan mengekploitasinya. Bahkan, dia menilai pemerintah tidak mengalokasikannya untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Ahli sistem finansial global di Brookings Institution, lembaga riset kebijakan berbasis di Washington DC itu menambahkan, pemerintah terlalu terfokus pada upaya meningkatkan PDB. Namun, di sisi lain malah mengorbankan sumber daya alam.

Dia mencontohkan penjualan gas alam hingga miliaran dolar AS dari Indonesia keluar negeri. Memang dari penjualan itu, Indonesia meraup banyak untung, sekaligus meningkatkan PDB. Tapi, kenyataannya, Rieffel, menegaskan, gas yang merupakan kekayaan Indonesia akan hilang selamanya.

"Peningkatan PDB ini malah justru membuat negara semakin miskin," ujarnya.

Kondisi itu, dia mengatakan, justru membuktikan PDB tidak bisa meningkatkan kualitas hidup rakyat. Ada banyak bukti empiris dan studi yang menurut dia, menunjukkan kualitas hidup dan kebahagiaan rakyat tidak ada hubungannya dengan PDB dan kekayaan negara.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Pendapatan Per Kapita Naik 13,8%"

Posting Komentar

 
 
Back To Top